Senin, 09 April 2012

Izinkan Aku Memilikimu


aku duduk dibangku SMA..hari2 ku penuh  dengan senyum ceria.karna ku punya cahaya hidup yang selalu menjadi semangatku.
Dia adalah seorang yang mampu membuatku bangkit  mengahadapi semua permasalahanku. Seorang yang sangat aku sayangi yang selalu tampak tegar ditengah kerapuhannya, banyak diam daripada bicara, dan tampak ceria disaat kemarahannya. Hal itu yang membuatku tertarik untuk mencintainya walaupun aku tahu rasa itu tak semestinya  ada, karena aku tahu ini akan menyakiti diriku sendiri.
Dia bernama Andri, aku bertemu dengannya awal kami masuk SMA. Dia anak yang soleh, baik, dan supel, nggak heran dalam waktu singkat kami berteman akrab dan sangat dekat. Teman-temanku mengira kami telah pacaran dan mereka mendukungnya, namun aku menepisnya dengan banyak alasan. Aku takut itu terjadi sebelum waktunya, aku berusaha menjaga perasaanku sampai aku selesai kuliah.
Aku tak mengerti kapan rasa itu datang dan hinggap dihatiku. Berawal saat aku diajak Hilman kerumahnya, aku menemukan Andri sedang duduk menatap layar televisi, meskipun aku tau pikirannya pasti tak ada pada film yang ditontonnya itu. Jantungku berdebar tak karuan.
Hilman menatapku dari balik pintu yang mengisyaratkan aku untuk masuk kedalam rumahnya, aku pun menyapa Andri ..
Andri membalas sapaanku. Aku mencoba untuk tenang dan cepat-cepat kusembunyikan detak jantungku yang mulai berirama tak menentu.
Sebelum aku tiba di rumah Hilman, dalam perjalanan kami bercerita banyak hal sampai Hilman menyinggung tentang Andri dan pacar-pacarnya, aku terperanjat mendengarnya. “apa maksud Hilman tentang perkataanya ini ? Andri playboy ?” tanyaku dalam hati. “semoga tidak Tuhan..” tambahku. Saat itu aku sempat terperanjat sejenak lalu aku merenyahkannya dengan candaan yang kubuat, menutupinya seolah aku sudah tau kalau dia mempunyai seorang pacar, baru aku tersadar hatiku sakit mendengar cerita dari Hilman. Mengapa tak terpikirkan olehku kalau orang semanis Andri pasti ada yang memiliki. Dasar bego!
Didalam rumah Hilman aku duduk bersebelah dengan Andri. Ternyata Hilman dan Andri tlah merencanakan sesuatu di belakangku, dan sialnya aku tak tau apa itu. Hilman meninggalkanku duduk berdua dengan Andri, ia menuju kamarnya. Andri mulai buka suara menggenggam jemariku dengan lembut.
“Nin, aku mau ngomong serius ma kamu. Mungkin kamu akan kaget bahkan tak percaya, tapi aku ingin kamu tau tentang perasaanku.” Ujar Andri padaku yang menimbulkan tanda tanya besar untukku.
“iya. Ngomong aja aku siap dengerin kok.” Jawabku.
“Nin, aku jatuh cinta padamu. Aku tak tau kapan rasa ini muncul, tapi aku benar merasakan dagdigdug pada hatiku setiap dekat kamu.” Aku mencoba untuk biasa saja, dan ingin angkat bicara tapi keburu jari telunjuk Andri menutup bibirku dan melanjutkan pembicaraannya “jujur Nin, aku sayang kamu. Aku minta maaf nggak cerita ke kamu disaat aku punya kekasih. Hilman pasti udah nyeritain semua ke kamu kan ?? aku ingin menjalani hidupku dengan tenang bersama tulang rusukku tanpa ada paksaan, Nin.”  Ujar Andri dengan meneteskan air matanya lalu segera mengusapnya.
“Maksud kamu, tulang rusukmu itu aku ??”
“iya, tapi aku tak memaksamu jika kau tak mencintaiku. Ini memang gila. Ini adalah pertama kali aku mengungkapkan cintaku pada seorang wanita, yaitu kamu. Kamu tau sendiri kan aku tak pernah nembak cewek. Iya kan Nina ?” Andri diam sejenak “apakah kau juga mencintaiku Nina?” ucapnya.
Aku hanya tertunduk dan diam, “yang jelas aku peduli dan sayang padamu.. Andri.”
“tak apa Nina sayang, yang terpenting aku sudah mengungkapkan isi hatiku padamu. Aku pamit pulang dulu yah ... tolong sampaikan ke Hilman, aku pamit pulang.” Andri berjalan menjauhiku dan diambang pintu ia menoleh padaku, aku mengejarnya, mendapati tubuhnya dan segera memeluknya erat. Tubuhnya yang dingin dan kaku karena gerogi terasa olehku.
“aku juga merasakan hal yang sama denganmu Andri, aku juga jatuh hati padamu.” Ucapku padanya. Namun aku merasakan tubuhnya makin berat dipelukku, Andri pingsan!!

Di rumah sakit yang cukup mewah, tempat Andri dirawat inap, aku duduk di kursi tunggu. Hilman mendekatiku, dia bercerita panjang lebar tentang Andri, yang belum banyak aku ketahui. Jelas saja Andri dan Hilman akrab, sudah bersahabat sejak mereka masih dalam kandungan ibu mereka. Andri sudah lama mengidap kanker otak, dan sekarang sudah mencapai stadium akhir. Andri sengaja menyembunyikannya dariku, dia tak ingin melihatku sedih apalagi menangis. Andri telah lama menyimpan rasa ini padaku tepatnya saat kami masih duduk di bangku SMA dulu, karena aku tak menunjukkan respect padanya ia terpaksa menerima cinta dari cewek-cewek disekolah yang jatuh hati padanya untuk mendapatkan kecemburuanku.

Di bangku perkuliahan semester lima ini Andri berniat akan melamarku dan ingin menikahiku setelah kami lulus wisuda nanti, kini telah jelas  kami sekarang sudah tahu perasaan satu sama lain .
mimpi indah merajut kasih dan cinta  bersama hanya terfikir dalam lamunan saja.....
kenyataan pahit harus ku rasakan.............
belum sempat andri melamarku ,ia telah meninggalkan ku  untuk selamanya,
penyakit kanker yang dideritanya menghancurkan kebahagiaan kita... dan membawanya pergi, kembali pada sang pencipta lebih cepat dari yang kita semua perkirakan .

 penyakit andri membuat aku terus berusaha, belajar dan belajar, meski aku hanya sebagai asisten dosen  fakultas kedokteran, aku yakin aku mampu memperoleh gelar dokter dan bisa menyembuhkan penyakit terkutuk ini untuk orang yang kucintai, untuk separuh jantung hidup ku...andri.
agar dia bisa temani aku,menjaga ku,selamanya bersamaku
namun tuhan berkata lain .mungkin dia bukan tertulis untukku
..
kenapa tuhan. ...kenapa secepat ini, kau mengambilnya dariku
aku tak bisa hidup tanpa dia
percaya tak percaya..aku harus terima kenyataan ini
pergilah sayang......nantilah aku disana
meski kau telah tiada...kau tetap hidup dalam hatiku untuk selamanya,

bukan salah  cinta.. tapi karna itulah aku tau apa arti pengorbanan
mungkin terkadang cinta membuat kita tersakiti..membuat kita menangis dan kecewa tapi dari itulah aku tau apa? Cinta sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar